Sejarah Batik Indonesia
Kamis, April 11, 2019
Sejarah Batik Indonesia
Sejarah perbatikan di Indonesia sangat erat kaitannya dengan kerajaan Majapahit dan perkembangan ajaran agama Islam di Indonesia. Setelah itu batik dikembangkan pada masa Mataram dan kemudian pada masa Kerajaan Yogyakarta dan Solo.
Meluasnya batik khusunya di tanah Jawa dimulai pada akhir abad ke XVIII atau awal abad ke XIX, saat itu pula batik menjadi kesenian rakyat Indonesia. pada saat itu batik yang dikenal hanyalah batik tulis sampai akhir perang dunia pertama atau sekitar tahun 1920 baru dikenal batik cap. Banyak daerah-daerah industri batik adalah daerah santri dan pada saat masa kolonial pedagang batik muslim menjadikan batik sebagai alat perjuangan dalam melawan perekonomian Belanda.
Dahulunya batik hanya digunakan oleh kaum bangsawan dan keluarga dari keraton saja tetapi karena pengikut raja banyak yang tinggal di luar daerah keraton maka seni batik tersebut menyebar ke seluruh penjuru bangsa. Pengerjaan batik juga dilakukan secara tradisional dengan pewarnaan menggunakan hasil alam seperti pohon mengkudu, tinggi, soga, nila dan garam dibuat dari lumpur.
Sejarah Batik Pekalongan
Menurut perkiraan walaupun tidak diketahui dengan jelas kapan batik masuk di wilayah Pekalongan, batik masuk pada tahun 1800. Dan berdasarkan catatan pada Deperindag pada tahun 1802 terdapat kain bahan baju dengan motif pohon kecil.
Perkembangan batik secara signifikan diperkirakan terjadi setelah perang besar di tanah Jawa yaitu perang Diponegoro pada tahun 1825-1830. Dengan terjadinya peperangan ini mendesak keluarga keraton beserta pengikutnya untuk pindah keluar dari daerah keraton. Seiring dengan berpindahnya keluarga kerajaan dan para pengikutnya batik juga mengalami penyebaran dan perkembangan. Migrasi itu menjadikan batik Pekalongan ynag sebelumnya telah ada semakin berkembang.
Waktu yang terus menerus berjalan juga diiringi dengan batik Pekalongan yang semakin berkembang dengan signifikan dibandingkan daerah lain. Penrajin batik berada di wilayah kota sebagai pesisir dan merambah ke daerah kabupaten seperti Wiradesa, Wonopringgo dan Buaran.
Batik Pekalongan memiliki khasnya sendiri, letak geografisnya yang berada di daerah pesisir membuat motif batik kaya akan warna. Motif yang paling terkenal dalam batik Pekalongan adalah motif Jlamprang. Selain dipengaruhi oleh letak geografis motif batik Pekalongan juga dipengaruhi oleh warga pendatang seperti Cina, Belanda, India dan Arab. Pembauran budaya-budaya ini melimpahkan motif-motif yang menggambarkan keragaman etnis, contohnya motif batik Oey Soe Tjoen yang diambil dari nama sang pemilik batik yang keturunan etnis Cina.
Pengrajin batik Pekalongan terus menyesuaiakn pola dengan perkembangan jaman seperti jaman penjajahan Jepang dengan motif Jawa hokokainya hingga pemilu 2015 dengan motif SBY. Batik tidak hanya dipasarkan disekitar Pekalongan saja tetapi juga di luar Jawa seperti Sumatera, Irian hingga Makasar, biasanya mereka memesan batik dengan corak sesuai dengan kebudayaanya.
Corak Batik Khas Pekalongan
Batik menururut KBBI adalah kain bergambar yang pembuatannya secara khusus dengan menuliskan atau menerakan malam pada kain itu, kemudian pengolahannya diproses dengan cara tertentu. Berdasarkan etimologinya batik berasal dari kata “amba” dan “titik” yang artinya adalah menulis titik, ada juga yang berpendapat bahwa kata batik berasal dari akar kata proto-austronesian, yaitu “beCik” yang artinya tato.
Sebagai daerah pesisir yang multietnis, struktur masyarakat Pekalongan mempunyai ciri yang berbeda dengan struktur masyarakat pedalaman (Soekamto, 1983). Sebagaimana masyarakat pesisir, masyarakat Pekalongan juga memiliki sikap yang terbuka terhadap hal-hal baru. Hal inilah yang sangat berpengaruh pada motif/corak khas batik Pekalongan. Kelompok etnis pendatang itu kebanyakan menetap dalam waktu yang cukup lama sehingga budayanya berakulturasi dan tertanam kuat dalam masyarakat Pekalongan. Hal ini pula yang menjadikan masyarakat pengrajin mengembangkan kreativitasnya melalui batik yang mencerminkan keadaan waktu itu. Ada tiga etnis yang menonjol sebagai penghasil batik di Pekalongan yaitu etnis Jawa, etnis Cina, dan etnis Belanda.
Dari beberapa etnis ini lahirlah corak-corak batik khas Pekalongan:
1. Batik Merak kesimpir
Yaitu salah satu jenis batik yang mengadaptasi corak batik dari Yogyakarta dan Surakarta unsur-unsurnya seperti motif lar (sayap), parang, meru (gunung) dn lain-lain. Motif-motif tersebut dipadukan dengan gaya warna yang cerah tetapi tidak terkesan norak karen perpaduannya yang harmonis dan pewarnaan yang sesuai dipadupadankan sehingga menghasilkan corak batik Jawa berkarakteristik pesisir.
2. Batik Jlamprang
Motif ini berkaitan erat dengan masyarakat keturunan Arab yang beragama Islam, dikarenakan masyarakat Islam tidak diperbolehkan untuk menggambar mahluk hidup dan digunakan sebagai hiasan maka mereka membuat motif satu pola ceplokan didalam bentuk bunga padma dan lung-lungan yang dapat menunjukan adanya makna tentang dunia kosmis yang telah datang sejak agama Budha dan Hindu di tanah Jawa.
3. Batik Encim
Batik ini merupakan batik yang dibuat oleh peranakan Cina yang telah lama bermukim di Pekalongan. Nuansa tradisi Cina yang kental sehingga, Hamidin (2010) menyebutnya sebagai genre Batik Encim. Batik Encim berasal dari batik yang dibuat oleh Encim, yaitu sebutan untuk wanita yang sudah bekerluarga atau wanita usia paruh baya dari suku Tionghoa. Seperti diketahui secara umum bahwa yang mahir membatik adalah memang wanita. Djoemena (1990) membagi gaya ragam hias batik Encim menjadi tiga jenis ragam hias yaitu: (1) Ragam hias buketan, yang biasa memiliki tata warna famille rose, famille verte dan sebagainya. (2) Ragam hias simbolis kebudayaan Cina, dengan motif seperti burung hong (kebahagiaan), naga (kesiagaan), banji (kehidupan abadi), kilin (kekuasaan), kupu-kupu dan beberapa lagi. (3) Ragam hias yang bercorak lukisan, seperti arakan pengantin Cina.
4. Batik Pekalongan bergaya Belanda
Kain batik Pekalongan yang bergaya dan berselerakan Belanda, antara lain batik dari juragan batik E. van Zuylen, Metz, Yans dan beberapa nama lagi. Namun yang sangat terkenal adalah batik Van Zuylen (Djoemena, 1990: 63). Dalam kelompok batik ini terlihat ragam hias buketan yang biasanya terdiri dari flora yang tumbuh di negeri Belanda, seperti Bunga Krisan, Buah Anggur, dan Rangkaian Bunga Eropa. Dikenal juga batik dengan ragam hias Kartu Bridge, yang merupakan permainan kartu dari kalangan Barat dan lain sebagainya.
Sumber: Widia Mustika. INTEGRASI DALAM SISTEM SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT PEKALONGAN MELALUI BATIK. Program Studi Antropologi Sosial. Universitas Diponegoro
Posting Komentar